Total Pengunjung

Sabtu, 08 Februari 2014

CERPEN HUJAN TURUN

 HUJAN TURUN



Di salah satu kecamatan yang ada di desa terdapat salah satu sekolahan SMP, yaitu SMP Makmur Jaya. SMP Makmur Jaya hanya satu-satunya SMP yang ada di kecamatan itu. Tetapi SMP Makmur Jaya termasuk SMP yang Negeri dan siswa-siswanya termasuk cukup banyak. Siswa-siswi SMP Makmur Jaya terdiri dari 18 kelas, yaitu kelas VII terdiri dari 6 kelas yaitu kelas VII A – F. Kelas VIII juga yaitu dari kelas VIII A – F dan kelas IX terdiri dari 6 kelas juga yaitu dari kelas IX A – F. SMPN Makmur Jaya juga mempunyai ruangan yaitu ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang tata usaha, ruang BP/BK, perpustakaan, UKS, ruang laboratorium, aula, dan kamar mandi guru maupun siswa. Banyak siswa-siswi yang mematuhi tata tertib sekolahan SMP Negeri Makmur Jaya. Di SMP Negeri Makmur Jaya banyak siswa-siswi yang pandai-pandai. Di salah satu kelas IX A siswa terdiri dari 40 anak dan mereka semua termasuk siswa yang pandai. Terutama pada siswa gadis cantik, putih, bertubuh tinggi dan langsing, rambut panjang, berkaos kaki putih panjang, bersepatu hitam, dia bernama Sari. Sari adalah salah satu siswa dari SMP Negeri Makmur Jaya yang pandai. Sari selalu tertib dalam mematuhi tata tertib sekolahnya dan dia tidak pernah terlambat masuk sekolah apalagi dia tidak pernah alpha dalam mengikuti pelajaran maupun kegiatan yang ada di sekolahnya. 

Hari itu hari senin, tepat pukul 13.00 ber berbunyi. Waktu pulang telah tiba. Sebelum Sari pulang ketua kelasnya menyiapkan untuk berdo’a dan Sari dan teman-temannya berdo’a dengan tenang. Setelah do’a selesai Sari tak lupa mencium tangan gurunya dan kegiatan tersebut yang dilakukan oleh Sari setiap hari. Tiba-tiba langit terasa gelap dan Sari pun berjalan menyusuri teras-teras kelas untuk segera menuju ke pintu gerbang sekolah untuk menunggu angkutan umum yang membawanya pulang. Sebelum Sari sampai di gerbang ternyata angkutan umum sudah lewat dan Sari memanggilnya ternyata angkutan umum tersebut tidak juga berhenti karena sopirnya tidak tahu. Dengan terpaksa Sari menunggu angkutan umum lainnya yang mau lewat. Sari berasal dari keluarga yang kurang mampu. Sehingga dia berangkat dan pulang sekolah naik angkutan umum. Kadang-kadang Sari numpang sepeda sama temannya. Jangankan sepeda motor, sepeda saja keluarga Sari pun tidak punya. Keuangan keluarga Sari cukup rendah. Orang tuanya bekerja sebagai buruh tani. Sawahpun orang tuanya tidak punya, hanya saja orang tua Sari mengelola sawah milik tetangganya dan hasilnya dibagi separo sama yang punya sawah. Sari terdiri dari 2 bersaudara, yang pertama Sari dan yang kedua adiknya yang masih berusia 4 tahun. Sari anak yang patuh terhadap orang tuanya dan orang tua Sari sangat bangga dengan dirinya. Memang ekonomi keluarga Sari cukup rendah tetapi Sari tidak mudah mudah menyerah untuk sekolah demi menuntut ilmu dan menggapai cita-citanya dan berdo’a agar semua keinginannya dikabulkan. Sari sering kali mendapatkan juara pertama dan beasiswa, maka dari itu orang tua Sari sangat bangga mempunyai anak seperti Sari. Di saat Sari menunggu angkutan umum yang lewat, tiba-tiba muncullah suara petir yang semakin kencang dan langit menjadi gelap. Sari ketakutan dan akhirnya turun hujan. Sari takut kalau dirinya tidak bias pulang sedangkan baju yang dipakai oleh Sari terkana air hujan dan basah, dan hanya baju putih – biru satu - satunya yang Sari punya dan sepatu hanya satu sedangkan basok masih hari selasa dan bajunya masih dipakai lagi. Akhirnya Sari melepas sepatunya dan di masukkan ke dalam tas. Kemudian tasnya didekap erat-erat supaya tas, buku dan sepatunya tidak terlalu basah sehingga besok bisa digunakan lagi. Sari menunggu hujan sampai terang, tetapi ternyata hujan pun belum juga terang. Sari berfikir, “kapankah hujan ini akan reda? Sehingga aku bisa sampai rumah agar tidak dimarahi oleh ibuku?” sari pun berdo’a. Sebagian tubuh Sari kehujanan dan kedinginan sehingga badan Sari terasa gemetaran sedangkan hari ini Sari lupa tidak membawa jaket.

 Sari menunggu angkutan umum di gedung sekolah sendiri karena teman-teman Sari sudah pulang dari tadi. Ibunya yang ada di rumah menunggu kepulangan Sari. Ibunya khawatir kalau anaknya kenapa-kenapa. Ibunya berfikir, “Apakah anakku pulang sekolah tidak langsung pulang. Kenapa kalau dia mau main ke rumah temannya tidak minta izin dulu kepada saya? …… Sedangkan di rumah suasananya hanya mendung dan gerimis saja.” Kegelisahan ibu Sari semakin meningkat, sampai-sampai ibunya tidak pergi ke sawah hanya gara-gara menunggu Sari pulang sekolah dan hanya bapak Sari yang ada di sawah. Adhik Sari berada “Sudahlah bu, mungkin mbak Sari masih ada di sekolahan karena hujan sehingga mbak Sari tidak bisa pulang dengan cepat bu. Coba ibu lihat awan di sana gelap, mungkin di sana hujan deras. Atau mungkin mbak Sari ada pelajaran tambahan di sekolah bu. Dan mungkin tadi pagi mbak Sari lupa ingin memberitahukan kepada ibu.” Lalu ibinya menjawab, “Iya nak, tapi mbakmu tidak seperti biasanya kalau pulang sekolah terlambat seperti ini.” Adik Sari menjawab, “Kita tunggu saja bu kepulangan mbak Sari sampai rumah, nanti kita Tanya.” Kekhawatiran ibu Sari mereda setelah adhik Sari menyakinkan ibunya bahwa kakaknya tidak kenapa-kenapa. Ibu dan adhik Sari menunggi di depan pintu rumah sampai Sari pulang. Karena hanya pertama kalinya Sari pulang sekolah terlambat. Biasanya pukul 13.35 Sari sudah sampai rumah ternyata sudah pukul 13.50 lebih sari belum sampai rumah juga. Sari masih sabar menunggu angkutan umum itu lewat. Sari berfikir, “Kenapa saat ini angkutan umumpun belum juga lewat? Bagaimana kalau ibuku yang ada di rumah marah-marah kepada ku karena sampai saat ini aku belum pulang juga. Sedangkan tidak seperti biasanya aku pulang sekolah terlambat.” Ketakutan Sari pun semakin meningkat karena hujan semakin deras dan badan Sari basah karena Sari hanya menunggu di pintu gerbang sekolah yang lebar atap pintu gerbangnya cumin sedikit kira-kira lebar sekitar 1 m sehingga Sari juga terasa dingin sekali. Sampai saat ini hujan belum reda sedangkan hujan turun deras sekali dan suara petir kencang sekali bagaikan suara petir yang menggelegar di atas kepalanya. Sari pun takut sekali. Sampai saat ini angkutan umumpun belum juga lewat.

 Jangankan angkutan umum yang lewat, sepeda saja tidak ada yang lewat karena takut dengan hujan deras dan suara petir yang kencang, serasa jalanan sepi sekali karena tidak ada kendaraan yang lewat. Sari hanya bisa menunggu dengan sabar, sabar dan sabar sampai angkutan umum itu lewat dan membawanya pulang sampai rumah. Sari berangkat dan pulang sekolah menggunakan angkutan umum karena hanya satu-satunya kendaraan umum yang membawanya sampai di sekolah. Sedangkan jarak rumah Sari dengan sekolahnya cukup jauh sekitar 4 km. Jadi mana mungkin Sari berjalan kaki setiap hari untuk menuju ke sekolahannya. Sedangkan sari tidak mempunyai sepeda. Padahal Sari dari kecil berkeinginan ingin sekali mempunyai sepeda dibuat untuk sekolah. Meskipun sepedanya tidak mahal atau sepeda bekas. Waktu sari kelas V SD Sari pernah meminta sebuah sepeda kepada bapaknya, tetapi bapaknya tidak membelikannya. Bukan berarti bapaknya tidak mau membelikannya sepeda tetapi karena bapaknya tidak mempunyai uang untuk membeli sepeda yang diinginkan Sari. Buat makan saja bapaknya harus melakukan pekerjaan apa saja. Dulu bapaknya sudah mengumpulkan uang untuk membeli sepeda tetapi karena adhik Sari tiba-tiba sakit dan sakitnya cukup parah akhirnya uang tersebut digunakan untuk mengobati adhiknya dan demi keselamatan adhiknya. Ibunya selain sebagai buruh tani juga melakukan pekerjaan yang lain seperti mencuci baju tetangga dan pekerjaan lain yang penting keluarga Sari bisa makan. Apapun yang dilakukan orang tua Sari yang penting halal dan mencukupi kebutuhan keluarganya. Ibunya dan adhiknya masih saja duduk di teras rumah untuk menunggu kepulangan Sari. Ibunya berkata, “Nak, mbakmu sampai saat ini kok belum sampai rumah ya……?” adhik sari menjawab, “Sabar bu, mungkin mbak Sari masih ada di jalan atau mungkin di sana hujan maka dari itu mbak Sari tidak pulang karena takut basah bu, sedangkan besok baju mbak Sari masih dipakai kan bu?’ lalu ibunya menjawab, “Iya nak, mungkin saja mbakmu menunggu angkutan umum yang belum lewat.” Setelah adhik Sari pandai menyakinkan hati ibunya akhirnya ibu Sari tidak terlalu khawatir lagi. Ibunya berkata kepada adhik Sari, “Sebentar ya nak, ibu mau masuk ke dalam karena ini sudah sora ibu kan harus masak nasi buat nanti kita makan. Kamu tunggu mbakmu di sini saja. Jangan kemana-mana sebelum mbakmu pulang.” Lalu adhiknya menjawab, “Baik bu, saya akan menunggu mbak Sari sampai pulang.” Lalu ibunya masuk ke dalam rumah untuk masak buat suami dan kedua anaknya. Sari masih saja menunggu angkuat umum yang lewat di gerbang sekolah SMP Negeri Makmur Jaya. Sedangkan hujanpun belum reda juga. Sari takut kalau dia sampai rumah dimarahi oleh ibunya. Sari berdo’a agar hujan bisa cepat reda dan dia bisa cepat-cepat pulang sampai rumah.

 Tiba-tiba hujan mulai reda. Ketakutan Sari juga mulai reda, tetapi hujan masih gerimis. Sari bersyukur karena hujan sudah berhenti. Akhirnya satu per satu kendaraan pun sudah mulai leawt di jalan, tetapi angkutan umum yang ditunggu-tunggu Sari belum juga lewat, sedangkan badan sari basah semua. Tas yang dipeluknya erat-erat juga sebagian yang basah karena hujan yang terlalu deras dan angina yang kencang. Sari barkata, “Aduh, bajuku basah semua dan tas dan buku-bukuku juga basah. Bagaimana ini? Sedangkan besok masih hari selasa, bajuku masih dipakai lagi untuk besok, dan sepatuku juga basah.” Sari sambil merenung, tiba-tiba mata Sari merah karena dia memikirkan hari esok yang memakai baju basah. Tetapi akhirnya Sari ingat akan keluarganya sehingga dia pantang menyerah untuk menuntut ilmu. Hari sudah mulai sore, menunjukkan sekitar pukul 15.20. Setelah Sari menunggu angkutan umum yang membawanya pulang dengan sabar akhirnya angkutan umumpun yang ditunggu-tunggu oleh Sari lewat juga. Sari langsung senang. Dia dengan gembiranya menghentikan angkutan umum itu. Akhirnya angkutan umum itu berhenti. Sopir angkutan umum itu kasihan kepada Sari setelah melihat sari karena sampai saat ini dia belum pulang sedangkan hari sudah sore dan baju yang dikenakan basah kuyup. Sari menumpangi angkutan umum itu dengan senang karena dia sudah mau berangkat pulang. Di tengah-tengah jalan Sari ditanya sama sopir angkutan itu. Sopir itu berkata, “Kemana dhik? Pulang ……?” Sari menjawab, “Iya bang.” Lalu sopir itu bertanya lagi, “Kok baru pulang dhik? Biasanya anak SMP sudah pulang dari tadi?” Dan Sari pun menjawab, “Iya bang, sebenarnya saya suda pulang sejak pukul 13.00 tadi, tapi karena hujan lebat dan suara petir yang cukup keras membuat saya terlambat untuk pulang dan saya juga menunggu angkutan umum yang lewat bang.” Lalu sopir itu berkata, “Iya, lihat bajumu juga basah semua.” Dan Sari hanya tersenyum lebar untuk menjawab pertanyaan itu. Sari sudah mengira kalau dirinya sampai rumah akan dimarahi oleh ibunya karena pulang terlambat. Setelah sari merenung di dalam perjalanan akhirnya Sari sampai rumah dan sopir itu menghentikan angkutannya. Sesampainya sari berhenti di depan rumah tetangganya yang ada di depan rumahnya, karena rumah Sari berada di dalam atau berada di belakang rumah tetangganya. Sari melihat adhiknya menjawab salam Sari. Lalu adhiknya bertanya, “Mbah pasti kehujanan ya? Baju dan tas mbak basah.” Sari menjawab,”Iya dhek. Ibu mana?” “Ibu di dalam mbak. Tadi ibu khawatir mbak pulang terlambat.” Kata adhiknya. 

Akhirnya ibu mendengar suara Sari dan ibunya langsung keluar menuju teras. Ibu berkata,”Hujan ya? Kok bajumu basah semua?” Sari menjawab dengan takut kalau ibuny marah-marah. “Iya bu, tadi di sekolah hujan deras sekali dan angkutan umum pun belum juga lewat. Jadi saya menunggu angkutan itu lewat bu. Sari minta maaf bu karena sudah bikin ibu khawatir.” Ibunya tidak marah kepada Sari karena melihat sari yang basah mungkin ibunya kasihan kepada Sari. Lau ibunya menyuruh Sari untuk cepat-cepat makan. Sari senang karena ibunya tidak marah. Akhirnya Sari masuk ke dalam rumah untuk menggantung bajunya yang basah dan membuka buku-bukunya yang basah. Lalu Sari mandi, makan, dan istirahat sambil menjaga adhiknya.

 SELESAI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar